Tulisan ini saya copas dari sebuah postingan oleh Udo Yamin
Majdi Penuh dalam salah satu grup facebook tentang krui pesisir barat. Tujuan
saya menshare postingan ini tidak lain hanya bermaksud untuk menumbuhkan
kesadaran kepada kita semua atau lebih khususnya para darah kruiser yang ada di
tanah perantauan atau di kampung halaman tercinta untuk memiliki jiwa yang sama
seperti tokoh tersebut.
[BAGUWAI JAJAMA]
Sepulang saya dari Mesir, banyak yang bertanya: "Mengapa tidak pulang ke Krui, kok tinggal di Garut?" Selama tiga tahun ini, beberapa orang mengirim pesan di inbox atau komentar di status/tulisan saya, dengan pertanyaan serupa. Bahkan, ada juga yang terkesan menggugat, mengapa saya tidak mau membangun kampung halaman?
Selama ini, ada yang memang saya jawab dengan menjelaskan alasan saya, dan ada pula yang saya jawab dengan karya atau kerja nyata. Sebab, ada pepatah orang Krui, "Ancak guwai jak cawa".
Betulkah saya tidak mau pulang dan tidak mau membangun Kabupaten Pesisir Barat (KPB)?
Sebagian orang sudah tahu apa yang saya lakukan. Namun, dalam kesempatan ini, izinkan saya menjawab, biar tidak ada rahasia diantara kita. Ciye... ciye... ciye
Yang SUDAH saya lakukan adalah:
1. Merumuskan masalah yang dihadapi Kabupaten Pesisir Barat (KPB). Setiapkali saya pulang, bukan hanya sebatas melepaskan rindu dengan keluarga, melainkan saya survey, meneliti, dan "membaca medan", sehingga saya bisa menawarkan solusinya dan melakukan sesuatu;
2. Mendirikan Yayasan Warotsatul Anbiya (YWA). Setelah berdiskusi dengan beberapa tokoh masyarakat, maka sebagai langkah awal untuk membangun daerah KPB, kami mendirikan YWA agar kegiatan kami legal atau memiliki payung hukum. Alhamdulillah, lewat YWA ini telah melakukan gerakan wakaf tunai dan terkumpul uang sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) lebih dan sudah dibelikan tanah seluas 2,1 hektar (1,5 hektar di Rawas dan 1 hektar di Seray) untuk lokasi Pesantren dan Krui Islamic Center. Dalam beberapa bulan ini, pihak pengurus sudah melakukan proses sertifikasi wakaf tanah ke KUA dan Kamenag.
Dan sebenar, pihak YWA mengagendakan bulan April 2014 ini, untuk melakukan pelatakan batu pertama. Namun, karena melihat situasi penghujan sehingga belum bisa melakukan pembukaan lahan dan line clearing. Ditambah, dana yang tersedia masih minim.
3. Beasiswa Putra-Putri Daerah Kabupaten Pesisir Barat (KPB). Alhamdulillah, selama dua tahun ini, sejak tahun 2012, lewat lembaga WORD SMART CENTER (WSC) yang saya dirikan di Mesir tahun 2008, saya membantu menyekolahkan 5 anak (2 putra& 3 putri) dari Krui ke Pondok Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut. Dan, ada 20 anak dari Garut, sekolah di Garut dan Bekasi.
4. Studi Banding. Ada dua yang saya pelajari dan teliti: 1). Islamic Center (Masjid Raya, Masjid Agung dan Masjid Besar) di Garut, Bandung dan Bogor; 2). lembaga pendidikan (sekolah unggulan, sekolah terpadu, dan pondok pesantren modern) di Garut, Tasikmalaya, dan insya Allah akan studi banding ke Kuningan, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan beberapa pesantren di Jawa Barat serta Jabotabek.
Mungkin 4 hal itu, bagi sebagian orang dianggap tidak ada artinya. Bagi saya tidak masalah, prinsip saya: "lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan." Yang penting saya sudah mulai dan berbuat sesuatu, bukan hanya sebatas wacana.
Dan saya sangat menyadari, saya bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa, dalam membangun Kabupaten Pesisir Barat (KPB) seluruh komponen atau stakeholder KPB harus bersatu, bersama-sama dan bersinergi. Istilah kita di KPB, "Baguwai Jajama". Oleh sebab itu, mari kita saling bahu-membahu berbuat kebaikan.
Nah, kalau selama ini ada yang bertanya, "apakah saya tidak mau pulang dan tidak mau membangun kampung halaman?", maka saya balik bertanya, "bagaimana dengan Anda?"
Silahkan bagi yang ingin bertanya lebih lanjut, ini no HP saya: 0821-2441-7561
===
Edisi KPB
Sumber:
https://www.facebook.com/groups/141052632617558/673534692702680/?notif_t=group_activity
[BAGUWAI JAJAMA]
Sepulang saya dari Mesir, banyak yang bertanya: "Mengapa tidak pulang ke Krui, kok tinggal di Garut?" Selama tiga tahun ini, beberapa orang mengirim pesan di inbox atau komentar di status/tulisan saya, dengan pertanyaan serupa. Bahkan, ada juga yang terkesan menggugat, mengapa saya tidak mau membangun kampung halaman?
Selama ini, ada yang memang saya jawab dengan menjelaskan alasan saya, dan ada pula yang saya jawab dengan karya atau kerja nyata. Sebab, ada pepatah orang Krui, "Ancak guwai jak cawa".
Betulkah saya tidak mau pulang dan tidak mau membangun Kabupaten Pesisir Barat (KPB)?
Sebagian orang sudah tahu apa yang saya lakukan. Namun, dalam kesempatan ini, izinkan saya menjawab, biar tidak ada rahasia diantara kita. Ciye... ciye... ciye
Yang SUDAH saya lakukan adalah:
1. Merumuskan masalah yang dihadapi Kabupaten Pesisir Barat (KPB). Setiapkali saya pulang, bukan hanya sebatas melepaskan rindu dengan keluarga, melainkan saya survey, meneliti, dan "membaca medan", sehingga saya bisa menawarkan solusinya dan melakukan sesuatu;
2. Mendirikan Yayasan Warotsatul Anbiya (YWA). Setelah berdiskusi dengan beberapa tokoh masyarakat, maka sebagai langkah awal untuk membangun daerah KPB, kami mendirikan YWA agar kegiatan kami legal atau memiliki payung hukum. Alhamdulillah, lewat YWA ini telah melakukan gerakan wakaf tunai dan terkumpul uang sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) lebih dan sudah dibelikan tanah seluas 2,1 hektar (1,5 hektar di Rawas dan 1 hektar di Seray) untuk lokasi Pesantren dan Krui Islamic Center. Dalam beberapa bulan ini, pihak pengurus sudah melakukan proses sertifikasi wakaf tanah ke KUA dan Kamenag.
Dan sebenar, pihak YWA mengagendakan bulan April 2014 ini, untuk melakukan pelatakan batu pertama. Namun, karena melihat situasi penghujan sehingga belum bisa melakukan pembukaan lahan dan line clearing. Ditambah, dana yang tersedia masih minim.
3. Beasiswa Putra-Putri Daerah Kabupaten Pesisir Barat (KPB). Alhamdulillah, selama dua tahun ini, sejak tahun 2012, lewat lembaga WORD SMART CENTER (WSC) yang saya dirikan di Mesir tahun 2008, saya membantu menyekolahkan 5 anak (2 putra& 3 putri) dari Krui ke Pondok Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut. Dan, ada 20 anak dari Garut, sekolah di Garut dan Bekasi.
4. Studi Banding. Ada dua yang saya pelajari dan teliti: 1). Islamic Center (Masjid Raya, Masjid Agung dan Masjid Besar) di Garut, Bandung dan Bogor; 2). lembaga pendidikan (sekolah unggulan, sekolah terpadu, dan pondok pesantren modern) di Garut, Tasikmalaya, dan insya Allah akan studi banding ke Kuningan, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan beberapa pesantren di Jawa Barat serta Jabotabek.
Mungkin 4 hal itu, bagi sebagian orang dianggap tidak ada artinya. Bagi saya tidak masalah, prinsip saya: "lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan." Yang penting saya sudah mulai dan berbuat sesuatu, bukan hanya sebatas wacana.
Dan saya sangat menyadari, saya bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa, dalam membangun Kabupaten Pesisir Barat (KPB) seluruh komponen atau stakeholder KPB harus bersatu, bersama-sama dan bersinergi. Istilah kita di KPB, "Baguwai Jajama". Oleh sebab itu, mari kita saling bahu-membahu berbuat kebaikan.
Nah, kalau selama ini ada yang bertanya, "apakah saya tidak mau pulang dan tidak mau membangun kampung halaman?", maka saya balik bertanya, "bagaimana dengan Anda?"
Silahkan bagi yang ingin bertanya lebih lanjut, ini no HP saya: 0821-2441-7561
===
Edisi KPB
Sumber:
https://www.facebook.com/groups/141052632617558/673534692702680/?notif_t=group_activity